Sunday, July 26, 2015

Saham Syariah - Jakarta Islamic Index Juni-November 2015

Dalam beberapa bulan terakhir ini sudah beberapa kali Index Harga Saham Gabungan ("IHSG") Bursa Efek Indonesia naik turun sehubungan dengan risis Yunani dan Cina, dimana investor asing memilih untuk "keluar" dulu. Maklum saja kapitalisasi pasar modal Indonesia masih didominasi investor asing dimana dana investasi portofolio yang mereka tanamkan bisa ditarik keluar dari Indonesia kapan saja mereka mau. Memprihatinkan memang, tetapi inilah konsekuensi dari Penjelasan Pasal 2 dari UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal dimana investasi portofolio asing tidak termasuk di dalam aturan penanaman modal langsung. Seandainya masyarakat Indonesia bisa mendominasi investasi di pasar modal Indonesia, mungkin IHSG bisa terjaga dengan baik. 

Sebenarnya IHSG bisa dijaga dan semakin bertumbuh apabila masyarakat Indonesia memahami investasi saham dengan baik. Jadi Pasar Modal Indonesia tidak banyak tergantung pada investor asing. Memahami investasi saham dengan baik berarti berinvestasi pada emiten atau perusahaan Tbk. yang memiliki performa pertumbuhan dan masa depan yang baik dan menjanjikan. Lalu bagaimana cara memilih saham emiten yang baik tersebut? Bisa dengan cara screening dengan membeli Saham Syariah yang masuk di dalam Indeks Jakarta Islamic Index.

Investasi Saham Syariah sendiri diatur di dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 80/DSN-MUI/III/2011 tentang Penerapan Prinsip Syariah Dalam Mekanisme Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas di Pasar Reguler Bursa Efek. Adapun Saham Syariah sendiri adalah saham yang memiliki fundamental yang baik serta tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah di pasar modal yang ditetapkan oleh OJK atau diterbitkan oleh pihak penerbit Daftar Efek Syariah. Untuk lebih jelasnya bisa dibaca di Syariah .

Lalu bagaimana cara mengetahui Saham Syariah tersebut? Secara periodik BEI mengeluarkan Daftar Efek Syariah ("DES") atau Indeks Saham Syariah Indonesia ("ISSI") yang mencerminkan keseluruhan Saham Syariah yang tercatat di BEI. Untuk lebih jelasnya bisa dibaca di  ISSI. ISSI ini hampir sama dengan IHSG, namun saham yang masuk di dalam ISSI hanya Saham Syariah saja. Jadi bisa dikatakan IHSG versi Syariah. Adapun Saham Syariah yang paling likuid dan memiliki kapitalisasi pasar yang besar akan masuk di dalam daftar Jakarta Islamic Index ("JII").

JII sendiri terdiri dari Saham Syariah yang diseleksi berdasarkan kinerja perdagangan saham syariah yang dilakukan oleh BEI adalah sebagai berikut:
  1. Saham-saham yang dipilih adalah Saham Syariah yang termasuk ke dalam DES yang diterbitkan oleh OJK.
  2. Dari Saham Syariah tersebut kemudian dipilih 60 (enampuluh) saham berdasarkan urutan kapitalisasi terbesar selama 1 tahun terakhir.
  3. Dari 60 (enampuluh) saham yang mempunyai kapitalisasi terbesar tersebut, kemudian dipilih 30 (tigapuluh) saham berdasarkan tingkat likuiditas yaitu urutan nilai transaksi terbesar di pasar reguler selama 1 tahun terakhir.
Adapun daftar saham JII yang telah diterbitkan Bursa Efek Indonesia berdasarkan Daftar Efek Syariah dapat dilihat pada website ini pada sub menu Informasi Pasar/Daftar Efek/Indeks Konstituen.
Yang menarik lagi bagi Saham Ibu adalah Saham Syariah ini diseleksi melalui tahapan yaitu:
1. Business Screening: saham yang tidak terlibat dalam perjudian dan sejenisnya, perdagangan yang dilarang, jasa keuangan ribawi, jual beli resiko yang mengandung unsur ketidakpastian (gharar) dan/atau judi (maisir), produksi/distribusi barang haram dan transaksi suap.
2. Financial Screening: saham yang tidak termasuk adalah saham dimana emitennya memiliki utang berbasis bunga dibanding total aset kurang atau sama dengan 45% dan pendapatan non halal dibanding total pendapatan kurang atau sama dengan 10%.
Jadi memilih saham untuk investasi mudah saja, apabila ingin cepat tahu apakah saham tersebut emitennya memiliki utang lebih dari 45% dari aset, tinggal lihat ISSI dan ingin tahu saham syariah yang likuid, tinggal lihat JII.
Masih beranggapan bahwa investasi saham adalah judi?  Pilih saja Saham Syariah untuk Investasi Yang Aman dan pilihlah Saham Syariah yang terdaftar di ISSI. 

Di bawah ini adalah Daftar Saham Syariah yang terdaftar di JII untuk periode Juni - November 2015:



Bingung ingin membeli saham yang mana? Silahkan hubungi Saham Ibu melalui e-mail: mypdian@gmail.com dengan subject (Saham Ibu) Pertanyaan. Free of charge untuk 3 (tiga) pertanyaan pertama bagi pemula.

Artikel ini merupakan pembaharuan dari artikel sebelumnya, hanya ada sedikit modifikasi.


Milan, 26 Juli 2015
Saham Ibu


Wednesday, May 13, 2015

Trading Saham di Negeri Orang


Hari ini tepat 1 (satu) bulan saya melakukan trading saham di luar negeri, tepatnya di kota Milan Italia dimana saya mengikuti suami bertugas. Sebenarnya tidak ada bedanya trading saham di luar negeri dengan di Indonesia, karena sama-sama menggunakan aplikasi online trading dan tanpa melalui broker. Namun yang membedakannya adalah penyesuaian perbedaan waktu (time zone) jam buka Bursa Efek Indonesia ("BEI") di kota Jakarta dengan waktu saya di kota Milan, yaitu 5 (lima) jam. Dan tentunya memerlukan kedisiplinan bangun jam 04.00 pagi apabila ingin melihat pre-opening & opening market BEI. 

Saya jadi ingat Desember 2013 ketika suami saya mengikuti perdagangan saham perdana PT Sido Muncul Tbk. ("SIDO") dan untuk membeli saham SIDO dia harus bangun jam 04.00 pagi waktu kota Abuja, Nigeria, untuk menghubungi broker kami di BNI Securities. Pada masa itu saya masih di Jakarta dan kami berdua belum sepenuhnya memahami cara penggunaan online trading, sehingga kami masih menggunakan jasa broker saham untuk melakukan transaksi saham.

Seiring berkembang pesatnya teknologi internet yang semakin canggih, semakin banyak sekuritas Indonesia yang mengeluarkan aplikasi online trading yang nyaman digunakan oleh nasabahnya sehingga memudahkan siapa saja yang ingin bergelut di bidang saham baik trading maupun untuk investasi jangka panjang, bisa dilakukan dimana saja asal waktunya sesuai dengan waktu kerja BEI beserta kalendernya. Jadi sebenarnya saat ini keberadaan broker saham tidak terlalu signifikan karena dengan fasilitas online trading, siapa saja bisa melakukan transaksi saham sendiri. Kecuali apabila broker saham tersebut sangat informatif.  Selain itu, saya ikut beberapa komunitas saham, baik trader maupu investor seperti Warung Income whats apps group dan juga Stockbit. Jadi saya mempunyai teman diskusi saham apa yang kira-kira menarik untuk trading maupung investasi. Saya juga punya sahabat-sahabat Capital Market Lawyer yang berbaik hati membagikan informasi terkini mengenai peraturan Pasar Modal Indonesia. 

Mengingat saya juga harus membagi waktu antara memantau pergerakan harga saham, berita terkini mengenai emiten, data ekonomi, pergerakan nilai Rupiah dengan mengurus berbagai keperluan rumah tangga dan mengantar anak ke sekolah, saya lebih nyaman menggunakan aplikasi online trading yang menyediakan fitur Auto Order, baik Auto Buy dan Auto Sell. Jadi ketika saya melakukan analisa teknikal dan fundamental di luar jam BEI, saya bisa memasang harga saham baik saham yang akan saya beli maupun saya jual dengan fitur Auto Order. Untuk hal ini saya memilih menggunakan aplikasi dari Mandiri Sekuritas yaitu MOST. Saya tidak perlu bolak-balik input harga saham yang akan saya beli maupun jual  di aplikasi setiap harinya karena fitur Auto Order ini berlaku selama 30 hari sejak dilakukannya pemasangan harga saham, baik di harga beli (Auto Buy) maupun di harga jual (Auto Sell). Namun aplikasi MOST ini baru nyaman digunakan ketika saya menggunakan laptop. Apabila saya sedang tidak menggunakan laptop atau sedang di perjalanan, saya memilih memantau pergerakan saham di BEI dan IHSG dengan aplikasi BNI Securities yaitu e-smart yang cukup user friendly di gadget saya.

Cukup menarik dalam kurun sebulan ini, dimana pasar sempat crash di akhir April tepatnya 29 April 2015 lalu IHSG sempat menyentuh level 5015, padahal di tanggal 1 April 2015 sempat di level 5524. Luar biasa terjun bebas dan ngeri-ngeri sedap. Namun hari ini IHSG seperti rebound lagi dan menembus level 5200. Rupanya pepatah Sell in May and Go Away tidak sepenuhnya berlaku di bulan Mei 2015 ini. Para pelaku pasar khususnya investor asing memanfaatkan mengambil saham-saham unggulan bluechip yang sedang di harga bawah yang mana aksi tersebut menyebabkan IHSG rebound setelah sempat bearish beberapa hari di akhir April 2015. Namun sepertinya situasi saat ini belum sepenuhnya stabil dan hanya memanfaatkan profit taking semata. Saya sendiri memilih untuk berhati-hati serta wait and see setelah melihat laporan keuangan kuartal I/ 2015 dari para emiten dimana  pertumbuhan ekonomi melambat menjadi 4,71%

Trading saham di luar negeri cukup menyenangkan sepanjang koneksi internet berjalan lancar karena mau tidak mau kita harus memantau terus perkembangan yang terjadi di tanah air, khususnya berita menyangkut Rupiah, finansial dan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Memang membutuhkan effort cukup besar untuk penyesuaian waktu dengan jam kerja BEI. 

Mudah-mudahan semakin banyak masyarakat Indonesia yang tinggal di luar negeri yang mau berinvestasi di Pasar Modal Indonesia. Lumayan kan bagi para ibu kalau bisa mencari untung zhuan di negeri orang sambil mengikuti suami bertugas? 

Tetap optimis selalu dengan Pasar Modal Indonesia dan Rupiah.

Milan, 13 Mei 2015
Saham Ibu


Saham Ibu di depan gedung Borsa Italiana
http://www.borsaitaliana.it/homepage/homepage.htm

Friday, January 2, 2015

INDF - Cerita Perdana di tahun 2015

Hari ini, Jumat tanggal 2 Januari 2015 adalah hari pertama perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia yang dibuka oleh Presiden Joko Widodo. IHSG naik dan ditutup di level 5243 pada akhir sesi perdagangan.

Adapun saham yang hari ini naik cukup signifikan adalah saham INDF (PT Indofood Sukses Makmur Tbk) naik 10,37% dari harga penutupan di hari perdagangan terakhir 2014 yaitu 30 Desember 2014. Saham Ibu mengira kenaikan saham INDF terkait dengan divestasi saham INDF di China Minzhong Food Corporation Ltd senilai Sin$416,4 juta atau setara Rp3,9 triliun. Atau bisa juga merupakan January Effect, bisa juga Window Dressing.


Pada dasarnya, kenaikan harga saham itu sangat terkait dengan kinerja emiten. Seperti yang sudah disampaikan di artikel Memilih Saham Yang Baik di Waktu Yang Tepat, investor atau trader saham itu erat kaitannya dengan rumor kenaikan laba atau prospek keuntungan sebuah emiten. Jadi walaupun baru rumor, tetapi apabila investor atau trader melihat ada potensi kenaikan laba, maka saham tersebut akan diburu oleh investor. Namun pada akhirnya, "Buy on Rumor, Sell on News" akan berlaku sesuai dengan fakta dan fundamental saham tersebut. 

Bisa dibilang harga saham INDF dalam 6 bulan terakhir (Agustus 2014-Desember 2015) bergerak naik turun di kisaran Rp. 6.325- Rp. 7.025 per saham. Bahkan Saham Ibu sempat menggerutu karena kinerja saham INDF kalah dibandingkan dengan ICBP (PT Indofood CBPF Sukses Makmur) yang sudah bergerak uptrend terlebih dahulu. Apabila tanggal 18 Desember 2014, INDF sempat turun ke harga Rp. 6.350,-. Namun hari ini harga saham INDF yang dibuka langsung naik 100 poin yaitu Rp. 6.850,-/saham dari Rp. 6.750/saham (harga penutupan tanggal 30 Desember 2014), seakan tiada kehabisan napas terus melajut sampai akhirnya ditutup di harga Rp. 7.450,-,/saham yaitu harga tertinggi hari ini. Apabila kita lihat chart INDF di bawah ini, hari ini membentuk perfect white Marubozu didukung dengan volume yang tinggi. Luar biasa memang INDF hari ini walaupun untuk mencapai profit seperti hari ini dibutuhkan kesabaran berbulan-bulan. 

Di bawah adalah chart INDF dan ICBP sebagai perbandingan. ICBP adalah anak perusahaan dari INDF. 

INDF:



ICBP:


INDF adalah saham di sektor consumer goods dimana produk yang dihasilkan sudah sangat familiar di pasaran dan selalu dibutuhkan oleh masyarakat. Adapun fundamental INDF adalah: eps growth 56.6%, PER 15,1 dan PBV 2,2, dimana untuk rata-rata sektor consumer goods berdasarkan penghitungan Equity Valuation Matrix yang dikeluarkan oleh Mandiri Sekuritas adalah eps growth 17,7%, PER 28,1 dan PBV 6. Berarti INDF memiliki fundamental saham yang sangat baik dibandingkan  dengan saham-saham lain di sektor yang sama. Termasuk saham blue chip karena kinerja, kegiatan usaha dan labanya naik secara terus menerus dan hal ini sudah teruji selama bertahun-tahun. Ketika harga saham INDF bearish. tak lama kemudian cepat rebound walaupun 6 bulan terakhir naiknya sekitaran itu-itu saja, namun tidak pernah sampai jatuh terlalu dalam atau naik terlalu tinggi sampai 10%. Saham INDF juga likuid dan terseleksi masuk ke beberapa indeks yaitu LQ 45, Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI), Jakarta Islamic Index (JII), Bisnis 27, SRI-Kehati, Kompas 100, MNC 36. Bahkan Target Price yang diberikan adalah oleh Mandiri Sekuritas sebesar Rp. 8.200,-/saham dan Bahana Securities sebesar Rp. 8.300,-/saham pada saat harga INDF masih di harga di bawah Rp. 7000,-/saham

Pelajaran apa yang dapat dilihat dari kenaikan saham INDF yang cukup tinggi hari ini?

Apabila kita menemukan saham yang valuasinya sama dengan INDF, ketika harga saham tersebut jatuh tetapi secara fundamental masih bagus valuasinya, maka jangan ragu-ragu untuk membeli saham tersebut untuk investasi atau trading. Memang pastinya kita beringinan untuk  membeli saham bluechips di harga yang paling murah. Namun apabila kita meminjam gaya kerja para Manajer Investasi ("Fund Manager") yang melakukan pemilihan saham untuk produk reksadana adalah bottom up (melihat kinerja dari saham tersebut secara langsung), para Fund Manager tersebut membeli saham ketika mereka melihat harga saham tersebut sudah sesuai dengan analisa fundamental mereka.

Maka dari itu bagi pemula yang baru ingin belajar investasi saham, agar mendapat profit yang maksimal, pilihlah 1 saham dan pantau terus kinerja naik turunnya harga saham, bersabarlah menunggu harga saham tersebut turun dan tidak perlu takut karena saham blue chip seperti INDF ketika jatuh harganya akan cepat rebound .

Kemudian, sebelum melakukan pembelian saham, ada baiknya kita update berita terkini mengenai saham tersebut. Karena saham yang sudah naik bisa jatuh akibat adanya berita kerugian di laporan keuangan emiten.

Contohnya adalah saham TRAM:


Begitu juga sebaliknya, saham yang sudah bearish, namun karena adanya berita rencana korporasi emiten tersebut atau berita lain yang berpotensi juga akan memberikan keuntugan dan laba kepada emiten tersebut, maka harga saham tersebut bisa naik di luar dugaan.

Contohnya adalah saham AKRA:


Sebenarnya mudah menebak para investor yang bertransaksi di Bursa Efek Indonesia, yaitu mengikuti rumor atau news tentang aksi korporasi yang berpotensi memberikan laba besar kepada emiten.  Kesabaran untuk melakukan valuasi saham secara fundamental dan menganalisa chart kapan sebuah saham turun ke level support agar menarik untuk dibeli sebagai investasi adalah sangat diperlukan bagi seluruh investor dan trader saham.

Jakarta, 2 Januari 2015
Saham Ibu