Friday, January 2, 2015

INDF - Cerita Perdana di tahun 2015

Hari ini, Jumat tanggal 2 Januari 2015 adalah hari pertama perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia yang dibuka oleh Presiden Joko Widodo. IHSG naik dan ditutup di level 5243 pada akhir sesi perdagangan.

Adapun saham yang hari ini naik cukup signifikan adalah saham INDF (PT Indofood Sukses Makmur Tbk) naik 10,37% dari harga penutupan di hari perdagangan terakhir 2014 yaitu 30 Desember 2014. Saham Ibu mengira kenaikan saham INDF terkait dengan divestasi saham INDF di China Minzhong Food Corporation Ltd senilai Sin$416,4 juta atau setara Rp3,9 triliun. Atau bisa juga merupakan January Effect, bisa juga Window Dressing.


Pada dasarnya, kenaikan harga saham itu sangat terkait dengan kinerja emiten. Seperti yang sudah disampaikan di artikel Memilih Saham Yang Baik di Waktu Yang Tepat, investor atau trader saham itu erat kaitannya dengan rumor kenaikan laba atau prospek keuntungan sebuah emiten. Jadi walaupun baru rumor, tetapi apabila investor atau trader melihat ada potensi kenaikan laba, maka saham tersebut akan diburu oleh investor. Namun pada akhirnya, "Buy on Rumor, Sell on News" akan berlaku sesuai dengan fakta dan fundamental saham tersebut. 

Bisa dibilang harga saham INDF dalam 6 bulan terakhir (Agustus 2014-Desember 2015) bergerak naik turun di kisaran Rp. 6.325- Rp. 7.025 per saham. Bahkan Saham Ibu sempat menggerutu karena kinerja saham INDF kalah dibandingkan dengan ICBP (PT Indofood CBPF Sukses Makmur) yang sudah bergerak uptrend terlebih dahulu. Apabila tanggal 18 Desember 2014, INDF sempat turun ke harga Rp. 6.350,-. Namun hari ini harga saham INDF yang dibuka langsung naik 100 poin yaitu Rp. 6.850,-/saham dari Rp. 6.750/saham (harga penutupan tanggal 30 Desember 2014), seakan tiada kehabisan napas terus melajut sampai akhirnya ditutup di harga Rp. 7.450,-,/saham yaitu harga tertinggi hari ini. Apabila kita lihat chart INDF di bawah ini, hari ini membentuk perfect white Marubozu didukung dengan volume yang tinggi. Luar biasa memang INDF hari ini walaupun untuk mencapai profit seperti hari ini dibutuhkan kesabaran berbulan-bulan. 

Di bawah adalah chart INDF dan ICBP sebagai perbandingan. ICBP adalah anak perusahaan dari INDF. 

INDF:



ICBP:


INDF adalah saham di sektor consumer goods dimana produk yang dihasilkan sudah sangat familiar di pasaran dan selalu dibutuhkan oleh masyarakat. Adapun fundamental INDF adalah: eps growth 56.6%, PER 15,1 dan PBV 2,2, dimana untuk rata-rata sektor consumer goods berdasarkan penghitungan Equity Valuation Matrix yang dikeluarkan oleh Mandiri Sekuritas adalah eps growth 17,7%, PER 28,1 dan PBV 6. Berarti INDF memiliki fundamental saham yang sangat baik dibandingkan  dengan saham-saham lain di sektor yang sama. Termasuk saham blue chip karena kinerja, kegiatan usaha dan labanya naik secara terus menerus dan hal ini sudah teruji selama bertahun-tahun. Ketika harga saham INDF bearish. tak lama kemudian cepat rebound walaupun 6 bulan terakhir naiknya sekitaran itu-itu saja, namun tidak pernah sampai jatuh terlalu dalam atau naik terlalu tinggi sampai 10%. Saham INDF juga likuid dan terseleksi masuk ke beberapa indeks yaitu LQ 45, Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI), Jakarta Islamic Index (JII), Bisnis 27, SRI-Kehati, Kompas 100, MNC 36. Bahkan Target Price yang diberikan adalah oleh Mandiri Sekuritas sebesar Rp. 8.200,-/saham dan Bahana Securities sebesar Rp. 8.300,-/saham pada saat harga INDF masih di harga di bawah Rp. 7000,-/saham

Pelajaran apa yang dapat dilihat dari kenaikan saham INDF yang cukup tinggi hari ini?

Apabila kita menemukan saham yang valuasinya sama dengan INDF, ketika harga saham tersebut jatuh tetapi secara fundamental masih bagus valuasinya, maka jangan ragu-ragu untuk membeli saham tersebut untuk investasi atau trading. Memang pastinya kita beringinan untuk  membeli saham bluechips di harga yang paling murah. Namun apabila kita meminjam gaya kerja para Manajer Investasi ("Fund Manager") yang melakukan pemilihan saham untuk produk reksadana adalah bottom up (melihat kinerja dari saham tersebut secara langsung), para Fund Manager tersebut membeli saham ketika mereka melihat harga saham tersebut sudah sesuai dengan analisa fundamental mereka.

Maka dari itu bagi pemula yang baru ingin belajar investasi saham, agar mendapat profit yang maksimal, pilihlah 1 saham dan pantau terus kinerja naik turunnya harga saham, bersabarlah menunggu harga saham tersebut turun dan tidak perlu takut karena saham blue chip seperti INDF ketika jatuh harganya akan cepat rebound .

Kemudian, sebelum melakukan pembelian saham, ada baiknya kita update berita terkini mengenai saham tersebut. Karena saham yang sudah naik bisa jatuh akibat adanya berita kerugian di laporan keuangan emiten.

Contohnya adalah saham TRAM:


Begitu juga sebaliknya, saham yang sudah bearish, namun karena adanya berita rencana korporasi emiten tersebut atau berita lain yang berpotensi juga akan memberikan keuntugan dan laba kepada emiten tersebut, maka harga saham tersebut bisa naik di luar dugaan.

Contohnya adalah saham AKRA:


Sebenarnya mudah menebak para investor yang bertransaksi di Bursa Efek Indonesia, yaitu mengikuti rumor atau news tentang aksi korporasi yang berpotensi memberikan laba besar kepada emiten.  Kesabaran untuk melakukan valuasi saham secara fundamental dan menganalisa chart kapan sebuah saham turun ke level support agar menarik untuk dibeli sebagai investasi adalah sangat diperlukan bagi seluruh investor dan trader saham.

Jakarta, 2 Januari 2015
Saham Ibu